Sabtu, 31 Desember 2011

Tidak Mau Tapi Menikmatinya

Pertemanan adalah suatu hal yang sangat penting dalam hidup seseorang dimana kita bisa saling berbagi dan saling menolong dalam kesulitan. Tapi arti pertemanan tidaklah seindah yang sering dibicarakan orang bagi Helena, saya sebut saja demikian namanya.
Kisah nyata ini dipaparkan oleh responden yang bersangkutan dilengkapi dengan foto diri dan foto lainnya yang terjadi sebagai bukti penguat.
Tapi karena etika yang harus saya pegang teguh, maka data-data pendukung tersebut tidak akan pernah saya ekspose untuk dan kepada siapapun. Menurut pengakuan Helena, kejadian berikut ini terjadi beberapa bulan yang lalu ketika liburan sekolah anaknya tiba..

Sebagai keluarga dari kalangan atas, menghabiskan waktu liburan berbintang lima di Nusa Dua Bali bukanlah masalah bagi keluarga Helena. Selama beberapa hari Helena menghabiskan waktu liburan dengan suami dan dua orang anaknya disana. Setelah beberapa hari, suami Helena mengajaknya untuk ke Lombok. Tapi dengan alasan Helena merasa bosan dengan tempat itu, juga perjalanan dengan kapal fery yang yang cukup makan waktu, maka Helena menolak ajakan suaminya itu.



Akhirnya suami dan kedua anaknya segera menuju Lombok tanpa Helena. Helena, 30 tahun, walau sudah punya anak dua orang tapi penampilan dan gayanya mirip dengan layaknya gadis kota masa kini. Wajah sangat cantik, putih, dan tubuh sintal selalu membuat lelaki manapun akan tertarik. Salah satu nilai lebih dari rumah tangga Helena adalah kebebasan yang diberikan suaminya kepada Helena untuk boleh bergaul atau jalan dengan siapa saja asal Helena selalu jujur kepada suaminya itu. Hal ini terjadi karena suaminya sangat tahu akan libido Helena yang sangat tinggi hingga suaminya agak kewalahan dalam melayani kebutuhan seksual Helena. Dan nilai lebih dari Helena adalah kejujuran kepada suaminya bila dia jalan dan main dengan pria lain.

Pagi itu di restoran hotel, ketika Helena sedang makan pagi..

"Hei..!", terdengar suara diiringi dengan tepukan tangan di pundak Helena.
"Hei, Ani.. Abiem.. Pak Randi..", sahut Helena senang ketika melihat mereka bertiga.
"Mana suamimu?", tanya Ani.
"Sedang ke Lombok dengan anak-anak", jawab Helena.
"Duduklah di sini, temani aku makan..", kata Helena.

Mereka pun segera duduk dan makan pagi bersama satu meja. Ani dan Abiem adalah teman bisnis suami Helena di Jakarta, sedangkan Randi adalah seorang dokter, duda, yang jadi dokter keluarga Helena. Randi dikenalkan kepada keluarga Helena oleh Ani dan Abiem dulunya.

"Nanti malam kita turun yuk? Kita habiskan malam bersama di diskotik", ajak Abiem kepada Helena.
"Entahlah..", kata Helena.
"Loh kenapa? Ayolah Bu Helena, kita sekali-sekali bergembira bersama", kata Randi ikut menyela sambil tersenyum menatap Helena.
"Ikutlah, Helena.. Masa cuma aku seorang ceweknya..", kata Ani.
"Baiklah kalau begitu.. Aku ikut", kata Helena sambil tersenyum.

"Kamu tinggal di kamar berapa?", tanya Abiem kepada Helena.
"Aku di suite room..", kata Helena sambil menyebutkan nomor kamarnya.
"Ha? Kalau begitu kita bersebelahan dong..", kata Ani sambil menyebutkan nomor kamar mereka.
"Yee.. Kok aku tidak tahu, ya? Kapan kalian check in?", tanya Helena.
"Semalem. Tadinya kami mau tinggal di kamar lain, tapi karena sudah penuh, akhirnya kami ditunjukkan kamar yang masih pada kosong..", kata Abiem.
"Tau nggak kalau kamar kita terhubung oleh connecting door, Ni?", kata Helena kepada Ani.
"Iya? Berarti kita bisa kumpul-kumpul nih..", kata Ani girang.
"Oke deh, Helena.. Nanti malam kita pergi bareng ke Diskotik, ya?', ujar Abiem.
"Aku bawa minuman enak dari Perancis nanti..", kata Abiem lagi.
"Baiklah. Kalian pada mau kemana?", tanya Helena.
"Kami ada keperluan dulu. Bye..", kata Ani sambil bangkit diikuti Abiem dan Andi, lalu mereka pergi.

Malamnya, dengan memakai T-shirt ketat plus rok katun sangat mini sehingga paha mulusnya tampak dengan indah, Helena berangkat dengan mereka ke diskotik.

"Kita minum dulu deh agar hangat", kata Abiem sambil menuang minuman bawaannya ke dalam gelas dan disodorkan kepada Helena.
"Okay.. Siapa takut..", kata Helena sambil meneguk minumannya.
"Hm.. Enak.. Manis.. Give me more, please.", kata Helena kepada Abiem. Abiempun segera menuang lagi minuman ke gelas Helena yang sudah kosong.
"Jangan terlalu banyak, Helena.. Nanti kamu jadi hot, loh..", kata Ani sambil tertawa. Mereka tertawa-tawa sambil menikmati minuman berakohol diiringi lagu yang diputar DJ.
"Turun, yuk..", ajak Randi kepada Helena.
"Ayo..", kata Helena sambil bangkit.

Perasaannya sudah mulai terpengaruh alkohol. Akhirnya Ani dan Abiem serta Helena dan Randi melantai mengikuti hentakan irama yang cepat. Sampai akhirnya ketika lagu berganti ke irama slow, Helena dan Randi saling berangkulan dan berdansa mengikuti alunan irama lagu.

"Mmhh..", Helena mendesah hampir tak tedengar ketika dadanya bersentuhan dengan dada Randi.

Entah karena pengaruh alkohol atau memang karena libido Helena yang tinggi, puting susu Helena mengeras dan makin mengeras ketika dadanya bersentuhan dengan badan Randi. Gairah Helena bangkit karenanya. Tapi Helena masih bisa menahan dirinya. Mereka terus menikmati waktu yang ada sambil meneguk minuman hingga wajah mereka memerah. Helena benar-benar menikmati malam itu selagi bisa bebas dari beban pekerjaan dan anak-anaknya. Sampai ketika waktu menunjukkan jam 1.00 pagi mereka segera pulang ke hotel.

"Kita ngobrol di kamar saja, yuk?", kata Abiem.
"Okay.. Nanti aku buka connecting door-nya", kata Helena sambil berlalu menuju kamarnya.

Sementara Ani, Abiem dan Randi masih duduk-duduk di lobby. Sesampai di kamar, Helena segera membuka connecting door-nya, lalu dia ketuk pintu sebelahnya. Tidak ada jawaban.

"Ah, masih pada di bawah barangkali..", pikir Helena sambil merebahkan badannya di ranjang.

Hampir setengah jam menunggu, ternyata mereka tidak datang juga. Akhirnya helena memutuskan untuk berendam air hangat dan mandi selama beberapa menit.

"Hei.. Sorry kami kelamaan..", suara Ani yang tiba-tiba masuk kamar mandi mengagetkan Helena yang baru saja memakai kimono.
"Abiem dan Randi di ruang tengah..", kata Ani lagi sambil agak sempoyongan.
"Kamar kamu enak juga ada ruang tamunya.. Kita bisa ngobrol disini..", kata Ani lagi.
"Shit!! Ngapain kumpul di kamar aku?", bisik hati Helena.
"Hei perempuan! Cepatlah kemari.. Kita habiskan sisa minuman tadi", terdengar suara Abiem memanggil. Akhirnya mereka berempat lagi-lagi meneguk bergelas alkohol yang dibawa Abiem.
"Ohh.. Gawat! Kenapa aku jadi pengen..", hati Helena berbisik ketika pengaruh alkohol mulai menjalar di tubuhnya.

Terasa oleh Helena buah dada serta puting susunya mulai mengeras lagi, sementara memeknya terasa berdenyut basah menahan gairah..

"Aku akan hirup udara segar dulu..", kata Helena sambil bangkit agak terhuyung menuju teras. Dihirupnya udara malam dalam-dalam untuk mengurangi sesuatu di dalam tubuhnya yang mulai menggoda imannya.
"Ohh..", tiba-tiba terdengar suara Abiem mendesah keras dari dalam. Helena segera melongokan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.
"Oh my God!", batin Helena ketika melihat apa yang terjadi. Gairah dan denyutan memeknya semakin terasa menggoda.

Di depan matanya, Helena melihat bagaimana Ani berciuman dengan suaminya di kursi sambil tangannya mengocok kontol Abiem yang sudah tegak. Celana Abiem hanya di buka dan diperosotkan sebatas pahanya saja.

"Ohh.. Cepat hisap kontol aku, bitch!", kata Abiem kepada Ani. Dengan serta merta Ani menurunkan kepalanya, lalu dengan segera kontol Abiem sudah dilahapnya sambil tetap dikocok pelan.
"Ooh..", desah Abiem ketika lidah Ani menjilati kepala kontolnya sambil batangnya tetap dikocok tangan Ani.
"Apa yang harus aku lakukan?", batin Helena ketika melihat kontol Abiem yang basah di jilat dan dihisap mulut Ani.

Gairahnya semakin memuncak. Dengan mata agak nanar terus dilihatnya Ani dan Abiem. Antara sadar dan tidak, tak terasa oleh Helena ketika Randi menempelkan tubuhnya dari belakang. Tangan Randi menyusuri kaki Helena dari betis sampai paha lalu naik ke pantat Helena yang belum sempai memakai pakaian dalam sejak selesai mandi tadi..

"Hei! Pak Randi ngapain?!", kata Helena kaget sambil menepis tangan Randi dari pantatnya.
"Kita sama-sama tahu sama-sama mau kan..", kata Randi sambil mendekati Helena.

Cerita Seks - Helena segera menghindar dan berlari menuju kamarnya melewati Ani dan Abiem yang sedang asyik melakukan oral seks. Ani dan Abiem sampai kaget dan menghentikan cumbuan mereka ketika melihat Helena melintas. Di dalam kamarnya Helena masih bingung dan teringat akan oral seks Ani dan Abeim serta perlakuan Randi kepadanya. Sebetulnya gairah Helena sudah sangat memuncak saat itu, tapi entah kenapa masih ada rasa ragu di hatinya.

"Ada apa, Helena?", tiba-tiba Ani masuk kamar dan menghampiri Helena yang masih berdiri.
"Entahlah, An.. Aku.. Aku aku tak tahu..", kata Helena sambil melepas kimono lalu segera memakai celana dalamnya.

Tapi ketika Helena akan memakai memakai Bra, tiba-tiba Ani memeluknya dari belakang hingga Helena tidak jadi memakai Bra tersebut.

"Ayolah Helena, kita nikmati malam ini..", bisik Ani ke telinga Helena.
"Mmhh..", desah Helena ketika tangan Ani mengusap seluruh badannya. Usapan dan belaian tangan Ani kembali mengobarkan gairah Helena yang sempat surut.
"Kapan lagi kita bisa bersama seperti ini?", bisik Ani lagi sambil tangannya meremas kedua buah dada Helena dari belakang.
"Ohh..", desah Helena sambil terpejam menikmati sensasi jari tangan Ani ketika memainkan dan memelintir puting susunya.
"Mmhh.. Ohh..", desah Helena makin keras ketika lidah dan bibir Ani menyusuri telinga, tengkuk dan lehernya sembari tangannya tetap meremas dan memainkan puting susu Helena.
"Nikmati saja malam ini..", bisik Ani sambil membalikan badan Helena dan merebahkannya di ranjang.
"Oww..", jerit lirih Helena ketika lidah dan bibir Ani menciumi dan menjilati buah dada serta puting susunya.
"Aniihh.. Oohhsshh..", jerit Helena makin keras ketika jari Ani masuk ke celana dalam dan menggosok memeknya.

Tubuh Helena menggeliat terbawa rasa nikmat dan terlepasnya himpitan gairah yang tertahan sebelumnya.

"Kamu menyukai ini?", bisik Ani sambil lidah dan mulutnya turun menyusuri perut sementara tangannya melepas celana dalan yang dipakai Helena.
"Ohh.. Anniihh..", jerit Helena ketika ada rasa nikmat yang menjalar ketika lidah Ani dengan liar menyusuri belahan memeknya.
"Ohh Ani.. Enakkhh", desah Helena waktu lidah Ani menjilati kelentit dan sesekali mengulumnya.
"Anniihh.. Akku.. Keluarrhh..!", jerit Helena sambil menggelinjang dan mendesakan kepala Ani ke memeknya ketika ada semburan hangat terasa di memeknya yang disertai rasa nikmat yang luar biasa.

Ani tersenyum sambil bangkit lalu memeluk dan melumat bibir Helena.

"Aku baru kali ini merasakan bercumbu dengan wanita.. Ternyata memuaskan..", bisik Helena sambil sesekali mengecup bibir Ani. Ketika Helena dan Ani saling lumat bibir, terasa oleh Helena ada tangan yang menjamah, membelai dan meremas pelan buah dadanya.
"Sayang, kamu layani si Randi..", Abiem menyuruh dan menarik tubuh Ani dari atas tubuh Helena.
"Kamu menyukai permainan istriku, Helena?", kata Abiem yang sudah telanjang bulat sambil menindih tubuh Helena serta mulai menciumi leher lalu turun ke buah dada Helena.
"Jangaann!! ", teriak Helena sambil meronta menjauhkan wajah Abiem dari buah dadanya. Tapi Abiem dengan cepat memegang kedua tangan Helena, lalu lidah dan mulutnya kembali meneruskan menjilati buah dada dan puting susu Helena.

"Ohh.. Jangaannhh.. Janghh.. Jangannhh..", rintih Helena diantara rasa malu, rasa terhina, serta rasa nikmat ketika lidah Abiem bisa memberikan rasa itu. Apalagi ketika kontol Abiem yang tegang dan tegak mengesek-gesek memeknya yang sudah basah. Bahkan ketika lidah Abiem turun ke perut, turun lagi hingga mencapai memeknya, Helena kembali menggelepar dalam kenikmatan walau hatinya menolak diperlakukan demikian.
"Jangannhh, Biem..!", jerit lirih Helena ketika Abiem mulai mengarahkan kontol ke lubang memeknya. Ani-pun yang sedang asyik disetubuhi Randi, sempat menghentikan persetubuhannya lalu bangkit dan mencoba memegang kontol Abiem agar tidak menyetubuhi Helena.

"Sudah! Kamu nikmati saja kontol si Randi sana!", kata Abiem aga keras sambil mendorong tubuh Ani.
"Sudahlah, Ani.. Sini!", kata Randi sambil menarik dan merebahkan tubuh Ani di karpet lalu kembali menyetubuhi istri temannya itu.
"Ohh..!", terdengar desah Helena ketika kontol Abiem masuk ke memeknya lalu dengan kasar dan cepat Abiem menggenjotnya.

"Jangan, Biemm.. Lepaskan aku!", jerit lirih Helena di sela rasa sakit dan nikmat ketika kontol Abiem keluar masuk memeknya.
"Fuck you, bitch!", kata Abiem sambil mengangkat satu kaki Helena dan di tahan oleh pundaknya.
"Ohh.. Memekmu nikmat, Helena..", kata Abiem sambil memompa kontolnya lebih dalam dengan posisi demikian.
"Ohh.. Mmhh..", desah Helena sambil terpejam. Rasa sakit yang ada kini berganti rasa nikmat yang luar biasa.
"Bagaimana rasanya, sayang..", terdengar suara Ani di samping Helena ketika Ani mengganti posisi dengan doggy style di atas ranjang.
"Kamu nikmati saja malam ini, Helena.. Kapan lagi kita bisa bersama seperti ini..", Randi menyela sambil mengenjot memek Ani dalam posisi menungging.
"Mmhh.. Sshh.. Ohh", Helena hanya menjawab dengan desahan pertanda sedang menikmati suatu kenikmatan ketika Abiem dengan ganas mengeluarmasukkan kontol ke memeknya.

"Ooww.. Ohh..!", terdengar suara Helena menjerit sambil memegang tangan Abiem dengan kencang. Sementara tubuhnya menggeliat serta mendesakkan memeknya ke kontol Abiem dan menggoyangnya dengan cepat.
"Serr! Serr! Serr!", kembali memek Helena mengeluarkan air mani yang menyembur hangat di dalam memeknya.
"Ohh.. Fuck you! Fuck you!", kata Abiem sambil menggenjot kontolnya makin cepat dan makin cepat.
"Crott! Croott! Crott!", air mani Abiem menyembur banyak di dalam memek Helena.
"Oohh..!!", desah Abiem sambil merebahkan tubuhnya menindih tubuh Helena.

Helena hanya bisa memejamkan mata setelahnya. Rasa lelah serta pengaruh alkohol yang masih ada membuatnya tak mempedulikan lagi keadaan disekelilingnya. Yang sempat terdengar oleh telinga Helena adalah teriakan kenikmatan yang keluar dari mulut Ani dan Randi yang sedang asyik bersetubuh di depan suami Ani sendiri. Mata Helena sedikit demi sedikit makin berat. Hanya rasa nyaman dan sisa-sisa kenikmatan di memek Helena yang membuat memeknya berdenyut-denyut hingga Helena tertidur..

Helena tertidur sampai siang hari dalam kedaan telanjang bulat. Tubuhnya tertidur hanya diselimuti oleh bed cover. Tak terdengar olehnya ketukan pintu oleh cleaning service. Sehingga ketika cleaning service membuka pintu dengan kunci cadangan yang dia bawa, dia begitu terkejut melihat tubuh molek tergolek di ranjang.

"Eh.., maaf, Bu.. Saya kira tidak ada siap-siapa di dalam", kata petugas kebersihan tersebut.
"Tidak apa-apa.. Kembali lagi saja dan bereskan kamar saya nanti agak siang..", kata Helena sambil menyelimuti tubuhnya lebih rapat.

Setelah petugas itu keluar, Helena hanya bisa merenungi apa yang terjadi semalam. Helena sendiri merasa heran, dirinya tidak mau dipaksa, diperkosa, entah apapun namanya, tapi yang jelas dirinya begitu menikmati perlakuan orang lain yang begitu kasar pada dirinya pada akhirnya..

Helena memang sangat suka berpetualang seks dari sebelum menikah sampai sekarang, tapi belum pernah merasakan sensasi kenikmatan seperti yang dirasakan semalam.. Ingin rasa hati Helena menceritakan hal ini kepada suaminya, tapi pertentangan batin terjadi dalam hatinya karena hal ini menyangkut kepada teman-teman baik suaminya. Bahkan terbersit keinginan Helena untuk kembali ingin mendapatkan sensasi kenikmatan dengan menjadi objek pemaksaan seksual..

Rabu, 14 Desember 2011

Kencan Dengan ABG Mall

Bagi pembaca yang baru kali ini membaca ceritaku, ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil
Wawan. Aku berumur 24 tahun dan saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu PTS di Jakarta. Sebuah status yang ingin secepatnya kutanggalkan, agar aku bisa segera menjadi sarjana. Tinggal skripsi yang masih menghadang langkahku.

Seperti telah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, aku telah mempunyai bisnis sendiri, dimana hasilnya lebih dari cukup utk membiayai kuliah dan hidupku di ibukota ini. Termasuk tentunya untuk “biaya kenakalan laki-laki”, hehe..
Siang itu aku sedang suntuk sehabis berjam-jam menghabiskan waktu di depan notebook untuk mengerjakan salah satu proyek dari klienku. Memang aku ingin secepatnya menyelesaikan proyek ini, mengingat nilainya yang cukup besar. Terbayang nikmatnya berlibur di Bali atau Lombok bila nanti telah menerima pembayaran dari klienku ini.



Karena perut sudah keroncongan, aku segera mengambil kunci mobilku dan pergi ke mal di daerah Jakarta Barat untuk makan siang. Memang di kulkas kamar kostku cuma tersisa sepotong pizza bekas semalam. Tiba di mal tersebut, aku menuju KFC untuk makan siang.

Seperti biasa, sehabis makan siang aku cuci mata melihat-lihat toko di mal tersebut. Setelah itu, aku mampir di studio 21 yang terletak di lantai 3 mal itu untuk melihat-lihat film yang sedang diputar. Memang rencananya kalau ada film yang bagus aku ingin nonton untuk refreshing sebelum memulai mengerjakan proyekku lagi nanti malam.

Saat memasuki lobby, setelah melewati lorong yang dipergunakan untuk bermain video-game, kulihat seorang gadis manis sedang duduk sendiri sambil memainkan handphonenya. Aku seperti merasakan “deja vu”. Teringat olehku pengalaman beberapa waktu lalu saat mau menggoda seorang gadis sendirian di lobby studio 21, yang ternyata membawa cowoknya. Tetapi tak mengapa, aku sok nekat saja duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Dia juga membalas tersenyum sambil kemudian kembali sibuk dengan hpnya.

“Ren..lo ada dimana sih ? Cepetan dong gue udah di lobby nih” katanya.
“Ya udah..cepetan deh” ujarnya lagi.

“Sedang nunggu pacar ya ?” tanyaku sok akrab
“Nggak kok mas. Teman.” sahutnya singkat sambil tersenyum.
“Mas sendirian aja ?” tanyanya lebih lanjut
“Wah agresif juga nih cewek” pikirku. “Iya sendirian aja. Mau nemenin? Jalan yuk” tanyaku nakal.
“Mau ngajak kemana ?” tanyanya
“Jalan-jalan aja” sahutku. Dia tersenyum lagi menambah manis wajahnya yang berbibir tipis itu.
Aku punya perasaan dia ini ABG nakal yang sering nongkrong di mal-mal mencari mangsa.
“Oh ya, namanya siapa ?” tanyaku
“Elis” sahutnya sambil mengulurkan tangannya
“Wawan” kataku menyambut uluran tangannya. Kuperhatikan penampilan Elis, gadis manis ini. Rambutnya sebahu dgn wajah yang manis. Berpakaian kaos ketat dipadu celana jeans. Buah dadanya tampak menonjol ranum di balik kaos ketat yang dipakainya. Terbayang nikmatnya bila aku bisa merasakan kenyalnya buah dada ranum ABG manis ini.

“Nggak sekolah ?” tanyaku lebih lanjut
“Nggak sedang bolos. Males sih..”
“Emang sekolah dimana ?”
Dia kemudian menyebutkan salah satu SMU Negeri di wilayah Jakarta Barat.

“Hey..sori ya gue telat”. Tiba-tiba seorang gadis menyapa.
“Sialan lo.., gue udah nunggu lama tau..” sahut Elis pada sang gadis.
Kulihat si gadis yang baru datang, dan mataku terkagum-kagum melihat penampilannya. Wajahnya sangat cantik, dengan rambut panjang, mirip dengan Ratu Felissa bintang sinetron remaja yang terkenal itu.

“Ren, ini kenalin teman gue” katanya mengenalkanku.
Kami segera berkenalan. Kemaluanku semakin berontak saat jemarinya yang halus sedikit kuremas saat kami berjabat tangan. Ternyata namanya Rena. Tanktopnya yang seksi semakin menambah hot penampilannya. Tetapi kulihat buah dadanya tidak sebesar kepunyaan temannya. Akan tetapi kulit tubuhnya yang putih mulus menyebar aroma seksual yang tinggi.

“Mau kemana nih mas ? Kita makan dulu aja yuk ?” ajak Elis.
Akhirnya kami bertiga pergi ke sebuah restoran fast food. Saat kami berjalan, banyak cowok yang memperhatikan tingkah laku kedua ABG ini dengan pandangan bernafsu. Terutama kepada Rena yang memang sangat cantik itu. Karena sudah makan, aku hanya memesan minum saja untukku, sementara mereka menikmati makan siangnya. Sambil menikmati pesanan masing-masing, kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing mereka, agar aku yakin mereka bisa kuajak check-in nanti. Aku tidak mau kecele, setelah mengeluarkan uang banyak untuk mereka ternyata mereka tidak bisa dinikmati, hehe..

Ingin segera aku merasakan kehangatan dan kemulusan tubuh belia mereka. Akan tetapi, ternyata tidak semudah itu. Banyak proses yang harus dilalui, alias ada biaya yang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sesudah makan, mereka minta dibelikan pulsa HP, terus belanja baju, dll. Tetapi tak apalah, pikirku. Kebetulan baru minggu lalu aku menerima pembayaran dari salah seorang klienku. Memang kalau mau barang bagus ada harga yang harus dibayar. Apalagi terbayang nikmatnya apabila aku bisa menyetubuhi kedua gadis ABG ini secara bersamaan.

“Yuk jalan. Pusing nih di mal terus” kataku setelah mereka selesai berbelanja. Memang aku sudah menentukan limit pengeluaran bagi mereka. Disamping itu, aku sudah tidak tahan ingin segera menikmati tubuh seksi Elis dan wajah cantik Rena.

Mereka akhirnya setuju dan kami menuju tempat parkir. Kukebut mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.

=====

Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.

“Buka dulu aja mas..” bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.
“Bukain ya” kataku.

Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.
Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.

“Besar sekali mas. Rena suka..” kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.

Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.

Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.

Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.

Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.

“Ayo buka pakaiannya dong sayang..” kataku.
Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.
“Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu” kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.

Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.

“Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.

Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.

“Sebentar ya Lis..”kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.

“Pelan-pelan ya mas..” desahnya perlahan.
Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.

“Ahhhh…ahhhh” desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.

“Kamu buka juga dong Lis” kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.
“Biarin aja pakaian dalamnya Lis..” ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.

Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.

“Ahhhh….” erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
“Sstttthhhh….sstttt” erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.

Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.

“Ahhhhh……” erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.

“Giliranmu Lis..” kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.

“Ihhh..gede banget…iihhhh” desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.

Cerita Seks - Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.

“Ihh..ihh..” desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara “doggy-style”.

“Sini Ren” panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.

“Ihh..ihh.. Elis sampai mas…ihhhh..” erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.

Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.

Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.

=====

Setelah membersihkan diri, kami bertiga tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.

“Mas mainnya hebat banget …” kata Rena sambil tersenyum manis.
“Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan…”sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.

“Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabku asal.
“Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis..” kata Rena pada temannya.

“Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini..” kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.
“Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas..” Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.

“Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya..” ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.
“Jangan ah. Udah nggak usah” tolakku.
“Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok..” sahutnya.
“Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho” kataku.
“Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian” katanya bak sutradara kawakan.

Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.

“Rambut lo Lis..jangan nutupin” kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.

Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.

Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.

Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.

“Lis..gantian gue dong..” katanya beberapa saat kemudian.
Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.

“Jangan pakai tangan Ren..” kata Elis yang sedang merekam adegan kami.
Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.

Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.

“Arrghh.. hampir sampai nih..” erangku.
“Mas yang ambil ya..” kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.

Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.

——————-

Setelah beristirahat sejenak, aku memesan minuman. Sambil menunggu pesanan datang, aku meminta hp Rena. Aku ingin memastikan wajahku tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil.

Kami mengobrol beberapa lama di kamar hotel itu, sebelum beranjak pulang menjelang malam. Kuantar mereka kembali ke mal tempat aku bertemu dengan mereka. Kuberi mereka uang taksi secukupnya.

“Makasih ya Mas. Sering-sering telpon kita ya..” ujar Rena saat turun dari mobil.
“Ok, daaggh..” kataku pada mereka berdua.

Aku segera menjalankan mobilku kembali menuju tempat kost. Sehabis makan malam, aku melanjutkan mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah menjadi fresh kembali setelah diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal yang cantik.

Gara-Gara Kunci Rumah Ketinggalan

Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil

bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.
Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu.
Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.


Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.

Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.

"Waduh kunci terbawa Baron," ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.

"Lho masih di luar Hen.." Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang.

"Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang," ucapku membalas sapaannya. "Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun," jawabnya.
"Kok kamu tidur di luar Hen."

"Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk," jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.

"Kenapa Mbak, pintunya macet.."
"Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya." jawab Mbak Ninik.
"Kamu bisa membukanya, Hen." lanjutnya.
"Coba Mbak, saya bantu." jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.
Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

"Kletek.. kletek..." akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
"Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana."
"Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver," ucapku bercanda.
"Terima kasih ya Hen," ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah.
Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku.
"Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen," kata Mbak Ninik.
"Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, "jawabku basa-basi.
"Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo."
Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.

"Mbak, saya tidur di kursi saja."
Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
"Ini bantal dan selimutnya Hen."
Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.
"Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju," ujarku.
"Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa."
"Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa," ujarku menggoda.
"Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku," kata Mbak Ninik sambil masuk kamar.

Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

"Kurang hangat selimutnya Hen," kata Mbak Ninik.
"Iya Mbak, mana selimut yang hangat," jawabku memberanikan diri.
"Ini di sini," kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya.
Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu.

"Sudah jangan bengong, ayo sini naik," kata Mbak Ninik.
"Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik," kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya.
Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.
"Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat," katanya.
"Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong," kataku.
"OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku."
Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri.

"Ayo bukalah bajuku," kata Mbak Ninik.
Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

Cerita Seks- Setelah Mbak Ninik benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.

"Oh, Hen nikmat sekali rasanya.."
Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah.

"Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya," katanya.
"Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue," jawabku.
Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik.

"Naik ranjang yuk," ucap Mbak Ninik.
Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.

"Masih belum puas menjilatinya Hen."
"Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati."
"Ganti yang lebih nikmat dong."
Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik.

"Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah.."
"Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah.."
Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.
"Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah.."
Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan.
"Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah.."

Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

"Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh.."
Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik.
"Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah.."
"Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah..."
Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

"Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt.."
"Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt.."
Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.

"Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih," kata Mbak Ninik.
Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
"Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan," jawabku.
Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

"Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen..."
"Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii.."
Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

"Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi.."
Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik.
"Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat.."
"Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat.."

Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

"Kamu nggak sekolah Hen," tanya Mbak Ninik.
"Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja."
"Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang.."
Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.

Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

Senin, 12 Desember 2011

Guruku Nikmat Sekali

Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.

Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan.
Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.


Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.


“Kenapa Jack”
“Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
“Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Shinta.
“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.
“Terima kasih Jack”.


Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.


Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.


Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, “Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik


Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.


“Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. “Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. “Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.


“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..” Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.


“Gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. “Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.


Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. “Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.


Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. “Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. “Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. “Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.


Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
“Capek?”, tanyaku. “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.
“Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.


Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. “Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh..” Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.


Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.
Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. “Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.


Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. “Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.


“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. “Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. “Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.


Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. “Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., “Creet.., suuurr.., ssuuur..”
“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.


“Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. “Ohm, masuk.., augh.., masukin”
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, “Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.


Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

Janda Muda Yang Agresif


Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat kos-kosan di Surabaya. Pada saat itu, pencarian tempat kost-kostan ternyata membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost-kostan yang baru, aku berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Varia. Usia Varia saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu.

Perkenalanku semakin berlanjut. Pada saat itu, aku baru saja habis mandi sore. Aku melihat Varia sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan. Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya.

Dengan hanya mengenakan handuk, aku mencoba menggoda Varia. Dengan terkejut ia lalu meladeni olok-olokanku. Aku semakin berani mengolok-oloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku. Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku.

“Awas kau.. entar kuperkosa baru tahu..” gertaknya.
“Coba kalau berani..” tantangku penuh harap.

Aku menatap matanya, kulihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan lelaki. Kemudian, tanpa dikomando ia menutup kamarku. Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu.

Aku meraih tangannya, Varia tidak menolak. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif. Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan. Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantananku serta meremas-remasnya.

“Oh.. ennaakk.. terussh..” desisanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba ia berjongkok, serta melumat kepala kontolku.

“Uf.. Sshh.. Auhh.. Nikmmaat..” Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya.

Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok kontolku. Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya.

“Oh.. aduhh..” teriakku kenikmatan.

Akhirnya hampir 10 menit aku merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari kontolku.

“Oh.. tahann.. sshh. Uh.. aku mau kkeluaar.. Oh..”

Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya. Sambil terus mencok dan mengulum kepala kontolku, Varia berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Varia tersenyum. Lalu aku mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya.

Perlahan-lahan kejantananku bangkit kembali. Kemudian, tanpa kuminta, Varia melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin bengkak.

“Ohh.. Teruss Ted.. Teruss..” desahnya.
Kuhisap-hisap pentilnya yang mengeras, semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya. Tanganku mengesek-geseknya. Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Aku membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, kusibakkan pahanya. Aku melihat vaginanya berwarna merah muda dengan rumput-hitam yang tidak begitu tebal.

Dengan penuh nafsu, aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya.

“Oh.. teruss.. Ted.. Aduhh.. Nikmat..”

Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibirku merapat dibelahan vaginanya dan kumainkan lidahku yang terus berputar-putar di kelentitnya seperti ular cobra.

“Ted.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh.”

Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuatku bersemangat. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi.

“Srucuup-srucuup.. oh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..” teriakannya semakin merintih.

Tiba-tiba ia menekankan kepalaku ke memeknya, kuhisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.

“Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh.. Croot.. Croot.”

Ternyata Varia mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya. Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat.

Varia masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Bless..

“Oh.. enakk..”

Tanpa mengalami hambatan, kontolku terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Varia.

“Oh.. Variaa.. sayang.. enakk.”

Batang kontolku sepeti dipilin-pilin. Varia yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya.

“Oh.. Ted.. Terus.. Sayang.. Mmhhss..”

Kontolku kuhujamkan lagi lebih dalam. Sekitar 15 menit aku menindih Varia.. Lalu ia meminta agar aku berada di bawah.

“Kamu di bawah ya, sayang..” bisiknya penuh nikmat.

Aku hanya pasra. Tanpa melepaskan hujaman kontolku dari memeknya, kami merobah posisi. Dengan semangat menggelora, kontolku terus digoyangnya. Varia dengan hentakan pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan kontolku ke liang memeknya.

“Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg. Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk..” erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.
“Oh.. Varia.. terus goyang sayang..” teriakku memancing nafsunya.

Benar saja. Kira-kira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar kontolku menghujam lebih dalam.

“Tedii.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang.. Oh..”

Ternyata Varia telah mencapai orgasme yang kedua. Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma.

Kemudian aku membalikkan tubuh Varia, sehingga posisinya di bawah. Aku menganjal pinggulnya dengan bantal. Aku memutar-mutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut.

“Oh.. Varia.. Nikmatnya.. Aku keluuarr..”

Crott.. Crott.. Tttcrott.

Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku.. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Varia.

“Oh.. Ted.. kau begitu perkasa.”

Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena, Varia memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas kontolku.

Kemudian, tanpa kukomando, Varia berusaha mencabut kontolku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala kontolku yang sudah mulai layu. Aku memandangi lobang memeknya. Varia terus mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala kontolku. Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang kontolku. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang kontolku. Aku merasa nikmat dan geli.

“Ohh.. Varia.. Geli..” desahku lirih.

Namun Varia tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok-ngocok kontolku. Aku tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina varia membuatku bergairah kembali. Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku. Aku menempelkan bibirku dikelentit itu.

“Oh.. Ted.. nikmat.. ya.. Oh..” desisnya.

Varia menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan.

“Oh.. Terus.. Sss.” desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.

Kini mememeknya memenuhi mulutku. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya.

“Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh” aku menyedot kuat lobang vaginanya.
“Ted.. Akukk ohh.. Keluuaarra.. Ssshhss..”
Ia menghentikan gerakannya, tapi aku terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya, kontolku kembali menjadi sasaran mulutnya. Aku sangat suka sekali dan menikmatinya. Kuakui, Varia merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya.

Varia terus menghisap dan menyedoti kontolku sembari mengocok-ngocoknya. Aku merasakan nikmat yang tiada tara.

“Oh.. Varia.. Teruss.. Teruss..” rintihku menahan sejuta kenikmatan. Varia terus mempercepat gerakan kepalanya.
“Au.. Varia.. Aku.. Keluuarr.. Oh..”

Croott.. Croott.. Croot..

Maniku tumpah ke dalam mulutnya. Sementara varia seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar.

“Terimakasih sayang..” ucapku..

Aku merasa puas.. Ia mengecup bibirku.

“Ted.. mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.” Aku hanya terdiam.

Sejak saat itu, aku sering meniduri di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku, tentu saja dengan mengendap-endap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Varia mengulum penisku. Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemut-emutnya penisku yang ereksi itu, sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas.

Kamis, 08 Desember 2011

Bersama Teman Kost

http://firtstest.files.wordpress.com/2010/02/cewek-cantik-imut-ngentot-telanjang-bugil.jpg?w=614
Aku kost didekat jalan raya disebuah kota k, karena tempat kostku dekat rumah sakit jadi banyak perawat yang menjadi tetangga kostku.Tepat di sebelah kamarku ada 2 perawat satu bernama Siti usia 22 th berkulit putih bersih dan rambutnya lurus sebahu, mempunyai teman sekamar bernama Ani usia 21 th kulit kuning langsat.Siti berasal dari kota L sedangkan Ani dari kota S.

Kala itu aku masih menganggur nggak ada pekerjaan. Pagi2 Siti dan Ani baru datang dari rumah sakit,mereka jaga malam rupanya.Siti sehabis mandi langsung tidur , sedangkan Ani keluar mungkin sedang pergi belanja.
Aku yang nggak ada kerjaan iseng2 ingin menggoda Siti, aku datangi kamarnya dan kebetulan nggak di kunci. Ketika aku sudah masuk ke dalam kamarnya kulihat Siti sedang tertidur lelap dengan memakai selimut. Pura2 aku memanggilnya sambil menepuk bahunya untuk memastikan apakah Siti benar tertidur lelap sebab katanya Ani kalo Siti tidur susah sekali dibangunkan walaupun disiram dengan air Siti nggak bakalan bangun. Beberapa kali aku mencoba membangunkan ternyata benar Siti susah sekali untuk di bangunkan.

Pelan2 kutarik selimutnya, wow ternyata Siti kalo tidur hanya memakai bra dan cd apalagi bra dan cdnya model bikini yang hanya ditali dipinggirnya dan sekali tarik udah pasti copot. Siti tidur terlentang,pelan2 kutarik tali bra dan cdnya dengan sekali tarik bra dan cdnya terlepas. Aku memandangi tubuhnya Siti yang telanjang bulat itu begitu mulus dan tanpa ada cacatnya. Payudaranya yg bulat dengan puting berwarna pink serta vaginanya bersih tanpa ada bulunya. Penisku udah nggak tahan ingin mencoba, aku lepas pakainku. Begitu aku udah telanjang, kunaiki tubuhnya Siti secara perlahan dan mulai menindihnya. Kucoba mencium bibirnya yang tipis juga warna pink itu perlahan-lahan. kurasakan aroma nafasnya yang harum dan hangat, payudaranya mulai kuremas2 dan putingnya ku kulum serta penisku kugosok2an di bibir vaginanya.

Pelan2 mulai kumasukkan penisku ke dalam vaginanya Siti. Centi demi centi kumasukkan secara perlahan- lahan takut jika Siti terbangun. Namun baru setengah penisku yang masuk ternyata Siti terbangun. Aku kaget namun kukulum bibirnya dengan bibirku supaya nggak teriak dan kutekan dalam2 penisku di dalam vaginaya Siti namun bibirku di gigitnya. Kulepas kulumanku bibirku dari bibirnya dan Siti bertanya: " Mas, memperkosa aku ya?". Aku jadi bingung dibuatnya tapi aku tetap terus menggenjot vaginanya dengan penisku. " Siti, maafin aku ya", pintaku.

Akhirnya Siti mau melayaniku dan mengikuti kemauanku. Aku dan Siti terus bersetubuh hingga kami mencapai orgasme hampir bersamaan tapi Siti mencapai orgasme duluan. Di susul aku kemudian sebelum mencapai orgasme kutanya Siti:" Dikeluarin dimana?". dan Siti bilang "di dalam juga nggak apa2 kok mas". Ku semprotkan spermaku didalam vaginanya Siti sampai tuntas dan kupeluk erat tubuhnya sambil kucium bibirnya dan Siti membalas ciumanku. Ketika kukeluarin penisku dari dalam vaginanya ternyata belepotan campur darah, " kamu masih virgin ya?" tanyaku. " nggak kok orang aku sedang lagi haid kok, abis kamu main embat aja orang yang lagi tidur" kata Siti sambil tersenyum."makanya mas jangan main embat aja" Siti tertawa sambil mengejekku. Siti mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi sedangkan berpakaian dan balik kekamarku.

Mengapa Harus Istriku

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7kTiseJHUSTC2O2DcUgv7FhKWOcgKNVkdm0gxweO0ZsbL2yYoAApAFswBlBiz7VFXxxQWUUyhNNnfWInCtI6TMyvUL8Or6YzrhvwatEYySFF7ew1rJMXXsh6octwfGtet6_th5xM9dihy/s400/cewek+cantik+abg+sexy+di+dalam+kamar+6.jpg
Kesebelasan kami kali ini mencapai top score, pertandingan yang ke 3, dimenangkan telak 4-0. Tentu saja adalah wajib hukumnya untuk merayakannya di karaoke atau pub di kota kami. Sebenarnya aku udah bosan dengan acara beginian. Menang, minum, mabuk, pulang pagi…

Rupanya teman teman juga mengalami hal yang sama. Doni yang seperti biasa selalu banyak ide mengusulkan acara yang lain dari yang lain. “apa maning Don kali ini ? “Tanya Budi yang dari Purwokerto.

“Betul Don…apa ide loe…bosan karaoke melulu…”Kataku ngedumel.
“ Begini teman…aku ada ide, Cuma agak gila dikit, gak papa kan ? Kata Doni bikin penasaran.

“Wis talah opo se ?, kesuwen arek iki (sudahlah…apa sih ? terlalu lama anak ini)“ Ganti Robby yang arema nyeletuk.

“OK OK gimana kalo kita pesta sex ? ups jangan terkejut !! “ Doni nyengir.

“Aaaahhh kau ini…gw kagak mau main cewek sembarangan ! gila kau main PSK, kena penyakit tahu rasa loe.. “ Aku memang nggak suka ke tempat pelacuran atau main cewek sembarangan, ngapain ? ama istri aja udah puas banget kok.

Istriku cantik, cantik sekali…sebenarnya malah sexy, buah dadanya 34C. Nggak terlalu besar tetapi karena badannya mungil, payudara tersebut tampak menyembul indah di balik Bra nya.

Kehidupan sex kami sangat luar biasa karena tiap 2 hari kami selalu bercinta. Untung gw olahragawan, jadi mau main berapa rondepun gw layani. Dan istripun rupanya penggemar sex. Dia paling senang kalo aku mencoba teknik tenik baru, terutama kalo pake dildo. Dan dia paling antusias kalo aku pake 2 dildo 18” besar getar. Cuma kadang istriku memang kebablasan, masa dia bilang begini “ hiiiii mas, gimana ya rasanya kalo beneran…enak kali yah….hihihihi…”

“Aduh mama…penasaran banget ya ? nggak boleh dong…pake dildo banyak gak papa asal gak boleh beneran…gw bisa pingsan dong” Kataku terkaget kaget.

Seperti mendapat durian runtuh, hampir setiap bercinta, istriku selalu minta 2-3 dildo kesayangannya. aku sih nggak keberatan, malah asyik juga melihat istri menggeliat merintih rintih ketika menikmati dildo tersebut. Istriku juga paling suka doggy style sedangkan aku paling nggak suka, kenapa hayo ? karena penampakan body istriku dari belakang bikin cepet ngecrot, body gitar bo..!

Loh…kenapa jadi belok ke istri ya? ….

Kembali ke rencana si Doni yang aku nggak tertarik itu. “Terserah kalian lah, aku nonton DVD sambil ngedrink aja.” Kataku

Hanya 8 orang yang tertarik pesta sex, aku bersedia ikut Cuma untuk menemani saja. “ Loe dapet cewek darimana Don ? PSK ya…?” Tanyaku penasaran.

“Nggak lah, gw dapat bini orang, ini cewek nepsong banget. Gw kenal dari milis DS. Cantik bro…mungil, imut…katanya pengen banget bercinta sama pemain bola, lebih nendang katanya hahahahaha” Doni ngakak. “ Dia udah stand by di villa yang kita pesan.”

“Cuma 1 cewek ? kalian gilir begitu ? “ Aku mikir, bisa pingsan neh cewek digilir orang orang gila sex begini.

“Yah..namanya juga pesta sex alias gang bang teman….gimana sih elo ?....

Sesampai di villa, Doni, bambang, Robby dan 5 rekan yang lain sudah sibuk membuat rencana gangbang yang menurut mereka baal bikin heboh.
Sedang aku sibuk sendiri memilih film mana yang akan aku putar dulu….hmmmm transformer ? film bokep ? Valkirye ? dan minuma ana yang aku teguk dulu, Jack D?, Chivas ? atau J Walker ?

Hmmmm.. mereka memulai tidak dengan gangbang, rupanya si cewek yang sudah stand by di kamar keberatan digilir rame rame. Jadi Doni giliran pertama sedang rekan rekan lain akhirnya malah nonton bareng aku.
“gimana kalian ini…aku maunya nonton sendiri kok malah sekarang rame rame. Udah tuh cepet kalian gilir itu cewek…”


Ternyata Doni Cuma 15 menit didalam. “ Eh gila neh cewek, cantik banget…. Gak mau pake kondom lagi…ayo siapa giliran kedua, yang terakhir bakal dapat beceknya doang hehehehe….”

Robby segera lari kedalam kamar: Aku dhisik rek…!! (aku duluan bro !!)


Bambang rupanya sudah tidak konsentrasi dengan film yang ditontonnya, segera melompat menuju kamar. “Melu rek !!! gak kuat aku !!!”

Kelima cowok gila yang ada disekitarku saling berpandangan…kemudian tanpa dikomando langsung berdiri dan berebut masuk kamar.

Kurang aja bener, pintu kamar tidak mereka tutup sehingga rintihan dan teriakan terdengar sampai depan TV. “Apa maksudnya anak anak ini ? mengganggu konsentrasi” Gerutuku dalam hati.

Sesekali terdengar teriakan Budi dan Robby, “ Genjot terus, anal…anal !..anal…anal…! Yessss…!” Diikuti dengan jeritan si cewek. Sialan bikin horny aja. “Dobel dong…dobel dong…Yessss !!! aaaaaa lagiiiii” rintihan si cewek berulang kali terdengar.

“Arrrrrrghhhh keluar !!!!” Terdengar teriakan Robert ejakulasi dini…hahahaha memang satu teman ini masih perjaka,wajar kalau muncrat duluan. “ Payah loe Rob…udah loe keluar aje temanin si Adi dan Doni diluar “Protes Rudi.

“Di….aaah gila itu cewek sexy banget. Aku nggak kuat, abis dari belakang sexy banget, bisa nyedot lagi, kamu harus coba Di…bener Di bakal ketagihan deh ” Kata Robert dengan nafas yang masih memburu.

“Ahhhh males ah, “ Aku mulai mabuk karena perutku sudah terisi 1 botol Jack Daniel yang aku habiskan sendiri.

“Rob, masa loe kagak tahu kalo si Adi homo…iya kan Di ?” Tanya Doni kalem. “ Jadi loe jangan duduk disebelahnya, bisa diperkosa tau….”
“Ah gila kau Don, gue normal !!! ok Ok mana itu cewek, gue setubuhin !! “Teriakku mabuk.

“Siiiiip gitu dong, ini baru laki laki.” Doni Nyengir.

Aku melangkah ke kamar, penasaran juga kayak apa sih cewek satu ini. tampak Rudi sibuk memasukkan batangnya dari belakang. Dari depan Robby memegang kepala si cewek dan bernafsu sekali mengeluar masukkan batangnya ke mulut si cewek. Si Bambang malah sibuk diposisi bawah asyik melahap payudara si cewek yang keliihatan memang sekel.

Ahhhh kenapa anak anak ini pake lampu10 watt…gelap nggak keliatan. Aku yang sudah mabuk langsung antusias dengan pantat nungging sexy di depanku.

Bambang langsung komentar : “ Rob gentenan rob, awakmu wis suwe, iku Adi mumpung gelem…”(Rob gentian Rob, kamu sudah lama, itu mumpung si adi mau)”

“We-I’ kadungaren koen gelem nyenuk Di, tak kiro homo awakmu.” (Waahh tumben kamu mau, aku kira kamu homo) Robby menggeser tubuhnya memberi aku kesempatan.

Wuah sexy banget pantat cewek satu ini, aku langsung menancapkan batangku dalam dalam dan si cewek langsung melenguh. Meski becek penuh sperma, miss V nya masih bisa menyedot. Aku langsung teringat istriku, dia juga ahli menyedot seperti ini.

Gila enak banget !!, aku menggenjot lebih cepat. Bambang malah sudah menyemburkan spermanya ke dalam mulut cewek ini.

Sial..belum apa apa aku sudah ingin muncrat. Entahlah mungkin pengaruh mabuk atau memang miss V cewek ini yang hebat.
“Aaahhh aku mau keluar…ahhhh.. balik balik. Cepat balik, pengen dari depan….!!!” Aku memang lebih suka memuncratkan spermaku di perut si cewek atau coitus interuptus alias muncrat diluar.

Si cewek segera membalik badannya, sambil memejamkan mata spermaku muncrat ke buah dadanya. “Aaaaarrgghhhh gilaaaaaa…!!!” Teriakku.

Ketika membuka mataku…tubuhku serasa tersambar petir !!! blaarr !!! karena cewek di depanku ternyata adalah istriku !!!! What !!!!!! Begitu pula istriku yang sedang melumat batang Doni, matanya tampak terkejut sehingga tidak sengaja giginya mengigit batang Doni.

Keterkejutanku tampaknya terlihat oleh Robby, “ Opo’o Di…koen kenal-a ambek arek iki ? opo gendhakanmu paling hehehehe (kenapa Di, kamu kenal ya ama cewek ini, apa dia simpananmu ? hehehe)”

Tubuhku langsung terkulai lemas, sementara Robby yang akan meggantikanku aku cegah : Sik rob aku sik pengen maneh”(sebentar Rob, aku ingin lagi)


“Halah, kunammu mungsret ngono kok”(Halah batangmu mengecil gitu kok) Protes Robby.

Sik sik aku pengen tak nikmati dhewe…gentenan rek (sebentar sebentar aku ingin mnikmati sendiri, gentian dong…) Kataku menegaskan.

“Yaaahhhh Adi…nggak aci!!!!” Protes mereka mengalah.

Cepat cepat istriku aku peluk dan aku tindih, sambil berbisik di telinganya :Kenapa ma…kenapa jadi begini ma ?

Istriku mengangkat wajahku dan memandang dalam ke mataku. Kemudian bibir sexynya mendekat ke telingaku dan berbisik :” Maaf pa….maaf banget..selama ini aku kurang puas….maaf pa…dari dulu aku ingin disetubuhi rame rame begini, pengeeeen banget….ini baru pertama kali….maaf pa…”
“Tapi kenapa haru begini ma..kenapa ? mataku memanas ingin menangis, hatiku benar benar hancur.

“ Ayo Di…gentenan rek…ayo digangbang bareng bareng ae yo…setuju ?!!!( Ayo Di, gentian dong, dangbang aja rame rame ya, setuju ?)” Robby sudah tidak sabar ingin melanjutkan.

Aku menarik badanku menjauh, segera cowok cowok geblek ini menyerbu kembali tubuh sexy yang menggelepar di depan mata mereka.

Sambil berkali kali matanya melirik ke diriku, istriku dengan ragu melahap dan mengocok batang perjaka Robert. Doni sudah tidak sabar dan menjilat vagina istriku. Tindakannya membuat istriku merintih. Aku tahu istriku mudah orgasme kalau vaginanya dilumat.

Dengan kasar Bambang membalik tubuh istriku dan mencoba anal kembali. Aku tak kuasa melarang….aku sendiri belum pernah anal…tetapi kini istriku di anal bergantian oleh sahabat sahabatku sendiri. Dadaku bergemuruh, berdebar debar….hampir pingsan rasanya, dengan ganas bambang menghunjamkan dalam dalam batangnya. Sementara Doni yang sudah di bawah berusaha memasukkan batangnya. Istriku rupanya akan di dobel.

Rintihan dan jeritan kecil istriku benar benar membuat cowok cowok ini terangsang hebat dan tak henti hentinya menyetubuhinya dengan kasar. “ Ayo Di ikutan lagi, sama bini kita nggak bisa main kasar begini..ayo Di mumpung…! Lihat semakin kasar dia semakin terangsang….kapan lagi loe bisa gangbang begini”...lihat ! enak to..mantep to...sexy to....tancap teruuuusss !! Budi dengan semangat menjambak rambut istriku minta agar batangnya dilumat.

Aku sudah tidak kuat dan meninggalkan kamar. Di depan TV aku terduduk lemas. Sambil sesekali terdengar teriakan cowok cowok geblek itu diselingi jeritan jeritan orgasme istriku.

Aku buka jack D ke dua dan kuteguk habis…aku buka yang ketiga…mataku terasa berat, aku lirik jam dinding….4 jam berjalan dan suara erangan di kamar masih terdengar jelas.
Sebelum tertidur, lamat lamat masih kudengar rintihan panjang istriku…

Selasa, 06 Desember 2011

Anak 3, Nikah Massal

http://orathegleg.jw.lt/images/18741_100441019985542_100000589324910_9183_2236432_n.jpg
Alkisah ada 3 anak putri: Vira, Voni, dan Veni yang dinikahkan secara masal oleh orangtuanya. Setelah itu mereka pergi bulan madu bersamaan. Kalau Vira pergi Pulau Batam, Voni pergi Kekepulauan Seribu dan Veni si bungsu pergi ke Bali. Namanya orang Tua sayang sama anak, selama mereka berbulan madu kedua orang tua mereka minta dikirim kabar tentang segala yang terjadi selama mereka berbulan madu. Tapi agar berita yang dikirim agar singkat dan tidak terlalu Vulgar, mereka menggunakan Kode/Sandi tentang moto-moto Iklan. dan biar praktis dan murah, disepakati pengiriman lewat SMS.

2 hari setelah kepergian anak mereka berbulan madu, diterimalah sebuah SMS… yang rupanya dari VIRA di Pulau Batam. Isi berita nya cukup sederhana “STANDARD CHARTERED”. Setelah membaca berita tersebut mereka mencari Iklan Standard Chartered di Koran dan terbacalah Tulisan besar berbunyi “BESAR, KUAT dan BERSAHABAT”. Tersenyum lah kedua orang tua mereka membaca berita dari Vira.
Hari ke 4 datang SMS kedua , yang rupanya berasal dari Voni di kepulauan seribu…..isi berita nya juga cukup singkat yaitu…NESCAFE. Setelah membaca surat tersebut .dengan tergesa-gesa kedua orang tua mereka mencari koran dan membaca Iklan NESCAFE .yang berbunyi . “NIKMATNYA SAMPAI TETES TERAKHIR”. Maka kedua orang tua mereka pun tersenyum bahagia sambil sedikit haha..hihi.
Hari ke 5 ditunggu tidak ada berita/SMS yang datang hari ke 6 begitu pula tidak ada sebuah SMS pun hari ke 7 begitu pula tidak ada kabar dari anak bungsu mereka si Veni yang berbulan Madu . Memasuki hari ke 8…… akhirnya kedua orangtua mereka menerima SMS juga dari Veni yang berbulan madu di Bali dan Isi beritanya cukup singkat CATHAY PACIFIC!!! Segera kedua orang tua mereka mencari Iklan penerbangan Cathay Pacific yang ada dikoran ..dan dijumpailah iklan penerbangan dengan tulisan besar “7 KALI SEMINGGU, 3 KALI SEHARI, 5 JAM NON-STOP. Kedua orang tua tersebut langsung memanjatkan doa untuk keselamatan anaknya yang bungsu itu…..

Aku Korban Nafsu Saudara Iparku

http://www.balikpapanpos.co.id/uploads/berita/dir21052010/330x300ximg21052010360551.jpg.pagespeed.ic.ghoK6mXgz6.jpg
Sejak Bapak meninggal tujuh tahun lalu dan Ibu meninggal enam tahun yang lalu, aku tinggal bersama kakak sulungku, Mbak Mira. Rumah orang tuaku di Madiun terpaksa dijual. Uangnya kami bagi bertiga, Mbak Mira, Mbak Mona, dan aku, Mila.
Rumah waris itu hanya laku Rp. 6,5 juta. Waktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rp. 2 juta, sisa Rp.500 ribu dimasukkan ke bank untuk memperbaiki makam kedua orang tua dan biaya keselamatan.

Ketika menerima uang waris Rp. 2 juta, aku sengaja menyimpan Rp. 1 juta sebagai deposito ke sebuah bank, sedangkan sisanya kubelikan sebuah TV. Sebab aku ingin punya TV sendiri dikamar tidurku.

Begitu lulus, aku pergi berduaan ke Sarangan bersama Anton, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aku memadu kasih dengan Anton. Entah bagaimana mulanya, setelah aku dicium dan diremas-remas payudaraku, aku seperti terhipnotis dan terbuai dengan segala rayuannya, sehingga aku menuruti saja ketika Anton mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aku tidak menolaknya.

Bahkan ketika di dalam kamar tidur, Anton mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yang benar-benar membuatku tak berdaya dan diam saja saat Anton mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, aku hanya bisa merasakan desah nafasku yang semakin tidak beraturan dan seluruh tubuhku benar-benar di luar kendaliku. Saat tangan Anton semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif tubuhku, aku semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat, remasan-remasan yang luar biasa nikmatnya, hingga akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah penis Anton dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja. Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karena aku benar-benar sangat menikmatinya saat penis Anton mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sehingga membuat liang vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa hangat saat tubuhku terhempas ke ranjang karena puncak orgasme yang kurasakan saat itu. Lemas, mataku berat, dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dada Anton kekasihku itu.

Noktah merah yang seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Anton, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aku ingat persis Anton kembali melakukan persetubuhan denganku hingga lebih dari tiga kali pada hari itu, aku benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.
"Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tidak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan", kata Anton setelah berhasil mengambil keperawananku. Aku juga masih ingat persis ketika Anton memberiku uang Rp.10 ribu.
"Ini untuk beli jamu", katanya singkat. Hampir saja aku melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Anton keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sehingga aku tidak bisa marah atas sikapnya tadi.

Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Anton tidak muncul-muncul. Hampir dua minggu aku menunggu, tak kelihatan juga batang hidungnya. Akhirnya aku memaksakan untuk datang ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aku, ketika ibunya bilang Anton sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aku dan Anton telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tidak bisa bersuara. Aku hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalam-dalam.

Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aku tidak mengalami menstruasi. Aku kalut, Beberapa macam pil yang disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aku tetap terlambat datang bulan. Aku makin kalut. Apalagi aku harus hengkang dari rumah, karena rumah kami sudah laku dijual. Aku harus ke Surabaya, tidak ada jalan lain.

Bulan kedua aku lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Mira, kakak sulungku. D rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Sancaka, dan anak tunggalnya Sarma, yang masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, yang hingga kini masih hidup membujang.

Sebulan dirumah Mbak Mira, aku sudah tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Ketika Mbak Mira tidur aku mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Sancaka, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.
"Besok kamu ikut aku. Kita harus menggugurkan anak haram itu", kata Mas Sancaka, "Dan Mbak Mira tidak perlu tahu musibah ini", tambahnya. "Kamu masih punya uang simpanan?", katanya.
"Satu juta", jawabku singkat.
"Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aku yang tanggung", kata Mas Sancaka.

Keesokan pagi harinya aku dibawa ke dokter yang ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yang tidak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan. "Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta", kata dokter yang merawatku kepada Mas Sancaka.

Aku memandangi Mas Sancaka untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam. "Ya, Dok. Ini kami membawa uang Rp. 1 juta, nanti saya akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya", kata Mas Sancaka kepada dokter yang akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aku dibantu kakak iparku. Dibenakku aku punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi 'orang'. Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalam waktu sepuluh menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku bangun, aku telah berada di ruangan yang sama sekali tidak aku kenal. Ada seorang perawat disini. "Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng", kata perawat itu yang kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti tubuhku dengan baju putih.

Tak lama kemudian Mas Sancaka datang dan membawa buah-buahan untukku. Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.
"Sus, meski kami menggugurkan kandungannya, tetapi kami ingin tetap menikah. Kami hanya merasa belum siap saja. Saya ingin Mila menjadi istri kedua", kata Mas Sancaka kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aku pura-pura jadi WIL-nya.
Sehari kemudian aku pulang. Tetapi aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Mira oleh Mas Sancaka, Aku justru dibawanya kesebuah hotel. "Kenapa disini, Mas?" tanyaku.
"Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Sancaka sudah bilang ke Mbak Mira, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara", katanya. Aku mengikuti saja sarannya tersebut.

Hari-hari pertama Mas Sancaka bersikap sopan kepadaku, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Sancaka mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah tubuhku, Mas Sancaka secara mengejutkan memintaku untuk memegang 'senjatanya'.
"Aku nggak kuat, Mila. Tolong kamu pegang-pegang penisku sampai 'keluar', agar kepalaku tidak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aku tidak melakukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kami melakukannya setiap hari", begitu kata Mas Sancaka beralasan kepadaku.

Ingin rasanya aku menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Sancaka telah begitu berbaik hati kepadaku. Kupikir tidak ada salahnya aku melakukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Sancaku kepadaku selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aku melakukan apa yang dimintanya, Kulihat penis Mas Sancaka masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aku mulai mengusap-usap batang penis Mas Sancaka secara lembut. Sedikit demi sedikit aku mulai melihat reaksinya, Penis Mas Sancaka sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan penisnya yang bergerak-gerak hingga akhirnya tidak bisa bergerak lagi, karena seluruh batang penisnya telah tegang dengan sangat kerasnya.

Mas Sancaka kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aku semakin berani untuk memain-mainkan penisnya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aku mulai mengocok-ngocok penis Mas Sancaka secara turun naik, kulihat tubuh Mas Sancaka kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Mas Sancaka tiba-tiba mengejang, penisnya terasa panas sekali, kulihat kepala penisnya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.

Tiba-tiba Mas Sancaka memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yang amat luar biasa, tidak lebih dalam hitungan dua detik, tiba-tiba aku melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari batang penisnya Mas Sancaka, cairan spermanya muncrat banyak sekali seiring dengan itu tubuhnya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya spermanya habis, tubuhnya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Sancaka tersenyum puas. Perlahan-lahan aku membersihkan tubuh Mas Sancaka yang belepotan spermanya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat tubuh Mas Sancaka, hingga akhirnya Mas Sancaka tertidur di ranjangku.

Di hari kedua aku benar-benar tidak mampu menolak permintaannya, saat aku sedang mandi tiba-tiba pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Sancaka, ketika kubukakan, tiba-tiba Mas Sancaka menerkamku dengan buasnya. "Kalau kamu tidak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Mira", ancamnya.
Maka, aku tidak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aku harus melayani Mas Sancaka ronde demi ronde. Sejak saat itu aku semakin tidak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Sancaka untuk mencicipi kehangatan tubuhku yang masih sintal, dan rapatnya liang vaginaku, karena aku memang belum pernah melahirkan. Perbuatannya ini tidak hanya dilakukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilakukan di rumah Mbak Mira, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Sancaka selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karena aku takut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Sancaka mengetuk pintuku maka aku setiap tidur tidak pernah mengunci kamar tidurku.

Yang membuatku semakin tertekan adalah tiba-tiba pada suatu hari tubuhku serasa terindih sesuatu, ketika aku membuka mataku alangkah kagetnya aku, karena yang menindih tubuhku adalah Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, aku ingin berteriak, tetapi Mas Sudrajat menutup mulutku sambil mengancamku. "Awas, kamu tidak perlu berteriak, Jika tidak saya akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Sancaka kepada Mbak Mira. Aku telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melakukannya kepadaku juga", ancamnya.
Sejak saat itu aku menilai Mas Sudrajat sama bejatnya dengan Mas Sancaka. Hingga mulai saat itu hampir setiap hari aku melayani dua pria. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aku melayani Mas Sudrajat, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aku harus kembali bergumul dengan Mas Sancaka. Tubuhku benar-benar sebagai pelampiasan nafsu kedua saudara-saudara iparku.

Bahkan menurutku Mas Sudrajat adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kami kepada Mas Suwono yang tinggal di jakarta. Ketika suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Mira berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tidak tidak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Sudrajat untuk kembali merasakan kehangatan tubuhku, malah pernah suatu kali ketiganya tiba-tiba berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaku, hingga aku pernah pingsan menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yang menggilir aku secara bergantian. Hingga akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yang luar biasa, aku knock out alias KO!

Lebih celaka lagi ketika suatu saat Mbak Mira pada siang hari datang ke kamarku dan menemukan celana dalam suaminya ada di kamarku. Aku sangat yakin Mbak Mira mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Mira hanya diam saja. Dia hanya melemparkan celana dalam suaminya itu kewajahku. Dan, sejak itulah Mbak Mira jarang mengajakku bicara. Ketika kuceritakan kejadian ini kepada Mas Sancaka, Diluar dugaan di berkata, "Mila, Mbak Mira sudah tidak kuat lagi melayani nafsuku, pernah kusampaikan aku punya pacar seorang janda muda, dia diam-diam saja", kata Mas Sancaka.

Aku tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Mira. Tetapi siapa yang menaruh rasa belas kasihan kepadaku? Aku telah melayani nafsu biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aku lari minggat dari rumah Mbak Mira, Tetapi kemana aku harus menetap? aku tidak ingin menjadi seorang Wanita Tuna Susila, dan aku sudah tidak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aku minggat.
Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan hingga sampai ini aku masih harus tetap melayani nafsu binatang ketiga lelaki iparku.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Followers